August 20, 2013

Weird

Tadi pagi berjalan seperti biasa. Biasa banget. Bangun, mandi, jalan sejauh 500 meter untuk mencapai halte bis. Naik metromini, naik kopaja, masuk gedung kantor, nunggu lift... Lagi-lagi biasa, nunggu lift nya penuh banget, orang-orang berjejalan di depan pintu lift. Pas pintunya terbuka, mereka berebutan untuk masuk ke dalam (walaupun tidak sebrutal pas rebutan masuk Commuter Line). Ini rebutannya masih agak classy.

Gue sih males banget rebutan, jadi gue nunggu di lift paling ujung yang entah kapan akan terbuka. Sementara orang-orang berkerumun di depan pintu lift di ujung satunya yang lampu indikatornya menandakan bahwa lift sebentar lagi akan datang. Ah what the hell. Satu jam berjejalan di kendaraan umum sudah cukup banget.

"Ting Ting", bel berbunyi dan lampu indikator lift tempat gue nunggu nyala dan pintunya langsung terbuka. Lucky!! Lift nya kosong, masuklah gue seorang diri dan langsung menekan tombol '8' dan cepat-cepat menekan tombol 'Close'. Ngga rela gue kalo ada orang lagi yang masuk.

Yah tapi gagal. Ada dua orang cowok yang masuk. Yang satu turun di lantai 5, yang satu lagi ngga merhatiin lantai berapa. Yang jelas pasti lantai di atas gue. Ting. Berhenti di lantai 5. Cowok itu keluar. Tinggal berdua di dalam. 'Ting'. Lantai 8. Ini kantor gue. Ada jeda beberapa detik antara bel berbunyi dan pintu terbuka. Di jeda itulah ada percakapan pendek yang terjadi.

'Mbak...', butuh sepersekian detik untuk memproses bahwa dia jelas memanggil gue karena ngga ada orang lain di sana.

'Eh, iya..', dalam sepersekian detik gue mengarang skenario dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi : teman lama? copet? hipnotis? teman kerja? siapa sih lo.... gue ngga kenal ....

'Mbak pakai hitam-hitam semua, lagi berkabung?'

Sregg. Pintu lift terbuka. (ngga yakin sih gimana bunyinya).

*selama sepersekian detik mikir respon apa yang pantas diberikan. Well, who the hell are yaaaaaa?!?*
'Hah? Oh iya ya...?', respon andalan : pura-pura bego. Seakan-akan gue beneran ngga sadar kalau gue pakai hitam-hitam. Gue sadar sepenuhnya. Detik berikutnya gue melangkah keluar lift, 'Mari, mas...'. Harus tetap sopan dan classy. Tidak lupa senyum awkward.

Yang gue ingat dia senyum. Sambil bilang. 'Good day, Mbak'. Pintu tertutup. Dia melanjutkan entah ke lantai berapa. Sedangkan gue bertanya-tanya sambil berjalan terbirit-birit menuju toilet karena sudah menahan pipis sejak di kopaja tadi.

Gue kurang memperhatikan rupa cowok itu. Standar orang kantoran. Kemeja, sepatu, celana panjang. Ngga ada yang mencolok sehingga gue ngga ingat sama sekali. Yah, mana gue peduli jugak. Gue terlalu konsentrasi dalam menahan pipis ini.

--FIN--

---

Lebay?

Untuk yang ngomong ini lebay, gue kasih tau : Ini namanya narasi.

---

Dari sebuah kubikel berantakan, pukul sembilan.

P.S. Saya pakai hitam karena memang sedang berkabung. Masalahnya : lelaki itu tau dari manaaaaaa?!?!?

Adieu,

No comments:

Post a Comment