January 26, 2014

New Start

 
Ini adalah hari kedelapan gue menjadi istri orang. WHAT? Istri orang?!?!? Kadang-kadang kalo dipikirin masih ngga percaya aja kalau gue sudah menikah. Because, really. I don't feel something is changing.

Am I not happy? Am I regret this? The answer is NO. I'm truly happy to be with the person that I really love. It is just that... nothing special in it. Please jangan memaknakan kalimat diatas sebagai hal yang negatif. Gue ngga merasa 'wow' atau 'aaaakk seneng banget akhirnya bisa nikah' dengan pernikahan ini karena... ya gue pikir ini adalah sesuatu yang seharusnya terjadi. 

Dari awal pacaran, we were taking it so slowly, we didn't rush anything. Dan ketika akhirnya kami merencanakan menikah pun, sama sekali ngga ada lamaran-lamaran romantis kayak 'will you marry me' atau 'nikah yuk'... because we both know that the marriage will be happened, soon or later. 

Setelah kita merencanakan menikah dan orangtua merestui (untung aja merestui, kalau ngga kan ribet), menikahlah kami, 18 Januari 2014 lalu.  Acaranya hanya syukuran sederhana di sebuah aula sederhana. Bukan di gedung merah dengan dekorasi warna-warni dan dihibur dengan MC penyiar radio terkenal atau diiringi band lokal bernuansa mini chamber. Hanya ada pelaminan sederhana berwarna putih, kursi sederhana, dekorasi minimalis, organ tunggal & saksofon serta beberapa hidangan.

Hari itu hujan. Kawatir? Tidak. Ketika masih di ruang rias... terdengar kasak-kusuk di belakang dan sekeliling. Ngga perlulah gue tau mereka itu siapa.

"Duh ujan lagi, emang sih ya lagi musim ujan... di Jakarta juga banjir.. pasti yang dateng sedikit".

HAHAHAHA. 

Gue hanya mendengus kesal campur geli. 

Ah ngga pedulilah gue. This wedding is more important the amount of the guest who will attend the ceremony. 

Intinya semua berjalan lancar. Ada miss sedikit tapi yaudah lah ya. Fyi, yg bikin acara adalah pure orangtua gue, kami sendiri sih hanya menginginkan ijab kabul sederhana di rumah. Namun orangtua punya rencana lain, mereka ingin keluarga besar dan teman dekatnya ikut datang untuk berbahagia. Lah kami mah ya senang-senang aja dibikinin pesta.

...

Dan kini, delapan hari setelah menikah. Kami belum punya tempat tinggal, suami memutuskan menggotong barang-barang dari kost nya pindah ke kamar kost saya yang hanya 3x4 meter. Sumpek.  Sempit. Ranjang pun belum punya, hanya 2 helai kasur busa tipis. Sebuah kipas angin, kompor gas portabel, sebuah rel gantungan baju, lemari, TV 29 inch dan sebuah lemari plastik. Semua itu tumplek plek di kamar ini. HAHAHA. Jadi sekarang kalo jalan harus liat-liat, bisa-bisa tendang atau injek sesuatu.

Gue sih ya happy-happy aja, 6 tahun hidup sebagai anak kost, jadi ngga ada masalah. Justru enak, kali ini ada yang nemenin. Hehehe. Kami berencana mencari tempat tinggal yang lebih luas sedikit, dengan harga yang murah. Maklum kami berdua masih 'start from the scratch'. Belum punya aapa-apa. Suami belum dilantik dan saya belum punya kerjaan tetap.

Selalu banyak kasak-kusuk di belakang tentang pernikahan kami ini. Untungnya kami berdua punya karakter yang sama, yaitu cuek dan 'terserah apa kata lo deh'. Jadi setiap gue cerita tentang kasak-kusuk ke suami, sambutan dia hanya 'yaudah sih, biarin aja...' atau 'ngapain dipikirin...' dan kadang hanya dengusan malas. 

X : Eh, kok kita udah nikah ngga ngerasa apa-apa ya? Ngga ada kupu-kupu di perut atau gereget gitu...

Y : *sambil main hape* Ya bagus dong, ngga ada yang berubah... gini aja terus. *lalu senyum* *lalu... -SENSOR-

I'm so in love with this man. With everything he has or anything he does not have. 

Dear husband, welcome to our life.

- Sarah
 






No comments:

Post a Comment